Sudah
lama aku tidak melihat langit malam secerah itu
Kemarin
malam tepatnya.
Bagaikan
kismis diatas selembar roti tawar.
Begitulah
pengibaratan bintang bertabur kemarin malam.
Mempesona,
sungguh.
Menggetarkan
hati.
Awalnya
aku hanya melihat ke bawah
Melihat
kakiku yang beralaskan sandal jepit usang menginjak jalanan aspal
Hanya
jalanan berbatu, berlobang, dan sedikit genangan air disudut jalan yang kulihat.
Seperti
ada yang menyuruhku mendongakkan kepala.
Aku
terpana “MashaAllah... langit malam yang indah.”
Alangkah
meruginya aku jika tak mendongakkan kepala kemarin malam.
Lihatlah
bagaimana bintang itu bersinar dan menghiasi langit.
Pesona
luar biasa yang diberikan alam kepada kita.
Disela
hati yang tak henti mengagumi langit malam
itu, aku ceritakan harapan-harapan ku kepada bintang.
Tentunya
dengan harapan sang pencipta bintang dapat mendengarkan pula.
Aku
teringat pepatah “Bila ada bintang jatuh, buatlah permohonan.”
Tidak
masalah bahwa yang kulihat bukanlah sebuah bintang jatuh
Jika
kau bisa memilih satu dari jutaan bintang dilangit, kenapa harus mencari sebuah
bintang yang jatuh?
Aku
tak bosan memandang langit malam itu.
Tetapi
kumandang azan telah memanggilku agar lebih bergegas melangkahkan kaki.
Baiklah
bintang, terima kasih untuk sepersekian menit mengajakku bercerita.
Aku
merasa menjadi seorang yang beruntung melihatmu kemarin malam.
Sebab
kutanyakan teman, dia tidak keluar dan melihatmu kemarin.
***
“Kemarin
langit berbintang, malam ini hujan” ujarku.
“Malaikat
turun ke bumi malam ini” jawab seseorang.
Duh
bagaimana aku bisa lupa.
Semua
ini tanda malam lailatul qadar bukan ?